Dream Of Chocolate Chip Cookies
Semalam, aku bermimpi. Bukan mimpi aneh tentang terbang atau dikejar monster, tapi mimpi yang manis, legit, dan menggugah selera: mimpi tentang kue cokelat chip.
Mimpi itu dimulai dengan aroma. Aroma mentega yang dipanggang, bercampur dengan manisnya gula aren dan pahitnya cokelat. Aroma itu begitu kuat, begitu nyata, hingga aku merasa bisa merasakannya di dunia nyata. Aku mengikuti aroma itu, menelusuri lorong-lorong imajiner dalam mimpiku.
Lalu aku melihatnya. Sebuah meja panjang dipenuhi dengan kue cokelat chip. Bukan hanya satu atau dua lusin, tapi ratusan, mungkin ribuan! Semuanya tertata rapi, dengan berbagai ukuran dan tingkat kematangan. Ada yang garing renyah, berwarna keemasan dengan pinggiran karamel. Ada yang lembut kenyal, dengan cokelat chip yang meleleh di setiap gigitan. Ada juga yang tebal dan empuk, seperti bantal kecil yang siap memanjakan lidah.
Aku mendekat, terpesona. Mimpiku terasa begitu hidup, begitu detail. Aku bisa melihat tekstur adonan, kilauan cokelat chip, dan uap tipis yang mengepul dari kue-kue yang baru keluar dari oven. Rasanya, aku ingin langsung melahap semuanya.
Tiba-tiba, aku mendengar suara. Suara seorang wanita tua yang ramah, berdiri di belakang meja. Dia mengenakan celemek putih bersih dan tersenyum padaku. “Selamat datang di surga kue cokelat chip,” katanya dengan suara lembut. “Silakan, ambil sebanyak yang kamu mau.”
Tanpa ragu, aku meraih sebuah kue. Kue itu masih hangat, lembut di tanganku. Aku menggigitnya, dan rasa manisnya langsung meledak di mulutku. Cokelatnya meleleh, bercampur dengan adonan yang gurih dan mentega. Itu adalah kue cokelat chip terlezat yang pernah aku rasakan, bahkan lebih lezat dari kue buatan nenekku.
Aku terus makan, mencoba berbagai jenis kue yang berbeda. Setiap kue memiliki cita rasanya sendiri, unik dan tak terlupakan. Aku merasa seperti anak kecil di toko permen, bebas memilih dan menikmati semua yang aku inginkan.
Namun, di tengah kenikmatan itu, aku mulai merasa aneh. Aku merasa terlalu kenyang, terlalu bahagia. Rasanya, semua ini terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan. Aku mulai bertanya-tanya, apa arti dari mimpi ini?
Tiba-tiba, wanita tua itu tertawa. “Kamu terlalu serius,” katanya. “Ini hanya mimpi. Nikmati saja.”
Dan aku menurut. Aku berhenti berpikir dan mulai menikmati lagi. Aku terus makan kue cokelat chip, sampai aku benar-benar merasa puas.
Lalu, aku terbangun. Cahaya matahari menyinari kamarku, dan aroma kue cokelat chip itu sudah hilang. Aku hanya bisa tersenyum, mengingat mimpi indahku.
Meskipun hanya mimpi, mimpi kue cokelat chip itu memberiku kebahagiaan yang sederhana. Itu mengingatkanku akan hal-hal kecil dalam hidup yang bisa membuat kita tersenyum. Mungkin, aku harus memanggang kue cokelat chip hari ini. Siapa tahu, mungkin aku bisa membuat mimpiku menjadi kenyataan.
Just because GoPro isn\’t selling the old cameras anymore doesn\’t mean you can\’t find them elsewhere. However, there\’s not much reason to buy them unless you can get one at a good price and, even then, it might not be worth it because the Hero5 models are so good and there\’s plenty of solid competition out there that do more for less.
If you\’re looking to buy one right now, though, this list breaks down the basic changes from model to model so you can figure out just which one is right for your needs.
Because of the square body and included accessories it was also the easiest to mount right-side up while still keeping a low profile. However, because of its size and waterproofing, the battery and, with just a sliver of a screen and two buttons, changing its settings without connecting to a phone or wireless remote requires a lot of patience.